Singing

August 14, 2008

Senin, 24 Maret 2008, malam, di atas motor, ada serangkaian kalimat yang terus-menerus terngiang di telingaku. Beberapa hari sebelumnya aku chat dengan seorang teman di paduan suara, seorang yang sangat kukagumi. Dalam chat itu aku tanya…

“Kak, kenapa sih milih nyanyi jadi profesi? Full time gitu”

Di kepalaku, nyanyi masih belum bisa jadi mata pencaharian utama… fyi, dia full time di musik, jadi penyanyi dan pengajar vokal. Setelah kutanya, dia langsung jawab ga pake mikir:

“Cinta mati.”

…………

aku speechless. Hehe…

waktu itu aku ga bisa jawab cukup lama, akhirnya aku cuma ngasih emoticon “nyengir” sambil bilang, “aku speechless”… hehe aku bener2 ga nyangka akan dijawab seperti itu… aku tau itu jawaban yang sungguh-sungguh dan keluar dari hatinya.

Lalu dia menambahkan,

“semakin lama semakin ga pengen keluar dari dunia itu…

really something that I can’t imagine…

singing is not just sing…”

Wow. “Aku pun sama kak”, kupikir. “Aku ga pernah bisa mengingkari perasaanku tentang nyanyi… ada sesuatu yang sangat berharga, yang layak kuperjuangkan dan terus kunikmati setiap waktu hidupku”

Kucoba analisa.

Apakah karna di dunia nyanyi aku banyak dapet pujian, penerimaan, penghargaan, something like that?

Apakah cuma karna ini dunia baru buatku dan hanya seperti anak kecil yang dapet mainan baru trus aku akan bosen beberapa saat kemudian??

Atau, apakah hanya karna nyanyi ngasih aku penghasilan tambahan???

Uwh.

Kuakui memang ada ketiga unsur itu, tapi ada sesuatu… sesuatu yang lebih dari itu… tapi aku ga bisa jelaskan itu dengan baik.

Lalu, sampailah aku di sini sekarang. Hari berganti hari, tahun berganti tahun, semakin lama aku semakin mencintai musik, terutama dunia nyanyi. Saat aku menyanyi, kurasakan seperti masuk ke dunia lain, dunia yang tidak tergantikan dengan apapun, dunia yang sungguh-sungguh lain… apalagi, berada di panggung, di bawah spotlight kuning yang menyilaukan, ditatap berpasang-pasang mata, seluruh perhatian tertuju padaku… aku sendiri? Berusaha menyampaikan maksud lagu yang kunyanyikan, berusaha memberi tahu betapa aku menikmati saat-saat ini, berusaha mempersembahkan yang terbaik untuk orang-orang yang kucintai…

musik selalu terngiang dan berdengung dalam seluruh diriku, dalam kepalaku, dalam hatiku, merasuki leherku, bahu, tulang belakang, rusuk, tangan, hingga kakiku…

aku diam, aku bergerak, semuanya mengikuti irama yang berdengung itu…

aku berjalan, aku berlari, seirama dengan iringan yang menuntut keselarasan seluruh tubuhku…

tanpa tau apa sebenarnya yang kulakukan, aku berusaha menyelaraskan, selalu menuju harmoni… untuk apa sebenarnya itu, aku tak tau… tapi aku tau aku ngga bisa lepas…

Ahh, kemanakah aku akan menuju…??

Sampai kapan aku tak bisa lepas dari dunia ini…

Atau sampai kapan sebenarnya aku masih sanggup terus berusaha melepaskan diri???

Nyatanya, sampai sekarang, aku ngga pernah bisa lepas kan…

A Hymn of Peace

December 5, 2007

Whispering winds, dancing leaves, green trees…

White sky, laughing people, harmony of flute ‘n piano…

A hymn of peace, this is my happiness.

When I realize the peace inside, acceptance, and willing to look the future…

This is not a start from happiness,

this is the happiness itself.

My friend…

I’d love to tell you that I care,

that I want you to feel this happiness today.

Surat tanggapan: simbol

November 29, 2007

Salam, saya Anita Kristiana, psikolog, baru bergabung dengan Himpsi sekitar sebulan ini

Saya setuju dengan ulasan ini. Tapi sekarang, apa ya yang bisa kita lakukan untuk itu? Tidak bisa dipungkiri, bahwa “kepemilikan” kini telah menjadi “identitas” bagi banyak orang di dunia. Satu hal yang berlaku sejak dulu, bahwa simbol telah dianggap sangat penting bagi manusia, termasuk simbol agama, simbol ras, simbol negara, simbol minat (musik, olahraga, dsb). Kalau direfleksikan sekarang, siapa di antara kita yang tidak menganggap penting sebuah simbol? Dari hal-hal yang kecil saja, saya sendiri menggunakan tempat pensil bergambar piano (red = simbol musik), hand phone berwarna biru (red = simbol minat dan atau karakter diri yang menyukai nuansa damai dan lembut), celana jeans (red = simbol karakter diri yang sporty dan mementingkan kenyamanan), dsb dsb.

Menurut Prof. Morrie dalam buku “Tuesdays with Morrie” karya Mitch Albom, kebanyakan orang sekarang sedang berjalan sambil tidur, menjalani hidup sambil setengah terlelap… tidak tau apakah jalan kita sudah benar, keputusan kita sudah tepat, dan sebagainya. Kebanyakan orang mengejar sesuatu yang fana, supaya bisa menjadi “normal” (red = sama dengan kebanyakan orang). Padahal apa yang sebenarnya “dibutuhkan”, dan apa yang sebenarnya hanya “diinginkan”, itu mungkin tidak pernah terlintas dalam pikiran kita…

Yahh… bukannya berputus asa, tapi ingin melemparkan balik saja diskusi yang sangat menarik ini 🙂 apa ya, yang bisa kita lakukan sekarang ???

Salam hangat,

Anita Kristiana

Dilema Makna Hidup

November 29, 2007

Masih berkutat pada dilema makna hidup… hehehe agak merasa egois dan mentingin diri sendiri kalo lagi gini.. tapi gue bener bener lagi butuh pencerahan skarang… walopun, mungkin Tuhan uda ngasi jawaban lewat beberapa cara, tapi guenya yang lemot kali yaa…

Prof. Morrie bilang (dlm buku Tuesdays with Morrie, karangan Mitch Albom), sekarang ini, kebanyakan orang sedang berjalan sambil tidur, menjalani hidup sambil setengah terlelap… tidak tau apakah jalan kita sudah benar, keputusan kita sudah tepat, dan sebagainya. Kebanyakan orang mengejar sesuatu yang fana, supaya bisa menjadi “normal” (red = sama dengan kebanyakan orang). Padahal apa yang sebenarnya “dibutuhkan”, dan apa yang sebenarnya hanya “diinginkan”, itu mungkin tidak pernah terlintas dalam pikiran kita…

Well, gue sendiri, sepertinya masuk di kebanyakan orang itu deh, hehe sibuk menjadikan diri “sama” dengan kebanyakan orang…. Sebenernya sihh, gue berusaha…. Tapi, darah muda yang bergolak, idealisme yang menggedor-gedor pintu kesadarankuw, dan energi sangat besar dalam dirikuw, sering banget berbenturan dengan realita, tuntutan lingkungan, harapan orang-orang yang kusayangi, dsb dsb…. Aku takut tertidur, dibuai oleh belaian dan penghargaan yang semu, terlalu nyaman menjadi sama dan “normal”… Godd, please keep me alive, n stay awake….

Hello world!

November 19, 2007

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!